Rabu, 13 Agustus 2014

10 Nasihat Untuk Menjadi Isteri Solehah

HATI ibu mana yang tidak gembira tatkala anak gadisnya dipinang orang. Sukanya hati bukan kepalang lalu pelbagai langkah bersiap untuk melangsungkan pernikahan dijalankan menurut tertib dan adat.
Biasanya ibu dan ayah akan bertungkus-lumus berusaha menjadikan majlis akad nikah puteri kesayangannya dengan penuh komitmen supaya meriah dan ceria.
Adalah wajar ibu bapa pengantin wanita memberikan petua dan nasihat buat anaknya yang bakal melangsungkan pernikahannya. Nasihat supaya anak memelihara dan menjaga alam rumah tangganya sebaik yang terdaya.
Inilah yang pernah dilakukan isteri ‘Auf ibnu Mihlam Asy-Syaibani yang dikatakan ada memberi nasihat kepada puterinya yang akan bernikah dengan Raja Kindah. Pesan isteri ‘Auf Ibnu Mihlam Asy-Syaibani: “Puteriku, kini engkau meninggalkan tempat kelahiran menuju rumah baru dan orang baru yang belum pernah engkau ketahui keadaan dan wataknya. Maka, jadilah engkau sebagai pengabdi yang baik bagi suamimu, supaya dia menjadi pengabdi yang baik juga bagimu. Perhatikan baik-baik sepuluh perkara daripadaku supaya ia menjadi modal bagi hidupmu.”


Begitulah kasihnya isteri ‘Auf terhadap anak gadisnya, tetapi kasihnya itu bukan mengadakan majlis besar-besaran dan serba mewah, kasih sayang dizahirkan melalui kaedah menyalurkan nasihat berguna buat anaknya melayari alam rumah tangga supaya aman sejahtera dan bahagia.
Pesanan pertama kepada anaknya: “Jadilah engkau sebagai pendamping hidupnya yang selalu menerima apa adanya. Sebenarnya nasihat isteri ‘Auf itu bertepatan kehendak agama kerana sikap qanaah, bersedia dengan hati lapang terhadap kemampuan suami, menu keharmonian rumah tangga”. Erti kata lain, isteri tidak sesekali membebankan suami yang di luar batas kemampuannya. Inilah seharusnya ada pada diri seorang isteri solehah.
Seterusnya pesanan kedua beliau: “Bergaullah engkau bersama suamimu dengan cara mendengar dan mentaatinya.” Seorang Ulama’ pernah mengatakan: “Seseorang isteri itu hendaklah memberikan layanan pada suaminya, memelihara anak, mengatur urusan rumah tangga sebaik mungkin. Hendaklah dia memberikan layanan pada suami dengan layanan yang wajar dan sesuai keadaan.”
Isteri ‘Auf berkata lagi: “Tunjukkanlah dirimu di hadapan matanya sebagai seseorang yang paling menarik baginya dan tampilkan dirimu di hadapan hidungnya sebagai seseorang yang paling harum.” Kebijaksanaan dan kesediaan isteri menonjolkan imej peribadi dalam aspek lahiriah dan dalaman mampu mewujudkan hubungan lebih intim pasangan suami isteri. Ia ibarat suatu tembok pengukuh dalam membina keluarga bahagia melalui landasan diredai Allah.
Beliau juga berpesan supaya memperhatikan penjadualan waktu makan yang betul dan tepat serta menjaga ketenteraman masa tidur. Jadi, jika diteliti apa dipesan isteri ‘Auf kepada anak gadisnya, sesuai dan relevan dijadikan sebagai pedoman kita semua.
Pesanan lain, “Sesungguhnya kelaparan seseorang akan menyebabkannya mudah beremosi dan kurang tidur pula menyebabkan seseorang itu mudah melepaskan kemarahan.”
Ini adalah langkah proaktif isteri mengelakkan suasana kurang baik dalam berkomunikasi dan berhubungan dengan suami. Memang lumrah manusia, emosi menjadi kurang stabil dan mudah dibelenggu rasa kurang tenang apabila perut lapar atau kurang tidur. Lagilah bahaya kerana emosi negatif boleh meletup tanpa disangka. Justeru, apa yang disarankan isteri ‘Auf adalah jalan pintas untuk membendung anasir negatif daripada muncul dalam rumah tangga. Mengamalkan budaya mencintai kebersihan juga ditonjolkan dalam wasiatnya supaya anaknya menjaga kebersihan tempat tinggal, keamanan harta suami dan berikan perhatian kepada suamimu serta keluarganya.
Jika kita amati pesanan itu, kita akan jumpa peringatan terbaik mengenai penjagaan persekitaran rumah tangga yang ceria dan bersih. Juga terselit ingatan supaya isteri menjadi seorang yang beramanah menjaga harta benda dalam rumah tangga.
Pesanan beliau selanjutnya dikira penting dipelihara rapi oleh isteri. Kata beliau: “Janganlah engkau membuka rahsia suamimu kepada orang lain dan jangan engkau melanggar perintahnya”. Islam menegah isteri menceritakan hubungannya dengan suami atau hal rumah tangga kepada orang lain.
Yang terakhir katanya: “Janganlah engkau berasa susah ketika dia dalam keadaan senang dan janganlah engkau berasa senang ketika dia dalam keadaan susah, kerana yang pertama termasuk moral yang tidak sesuai dan yang kedua termasuk merosakkan suasana. Jadilah engkau orang paling mengagungkan suamimu, agar dia menjadi orang yang paling memuliakanmu.” Begitulah pesanan bermanfaat dan cukup indah dikemukakan isteri ‘Auf Ibnu Syaibah kepada anak gadisnya. Ibu bapa sewajarnya menitipkan pesanan untuk dijadikan panduan kepada anak yang akan melangsungkan pernikahan demi kesejahteraan rumah tangga mereka.
INFO: 10 pesanan jadi isteri solehah
  1. Sentiasa menjadi pendamping suami, menerima segala kekurangan dan tidak membebankan suami.
  2. Mendengar dan mentaati suami.
  3. Memberi layanan baik kepada suami, pelihara anak dan menjaga rumah tangga.
  4. Sentiasa tampil menarik dan wangi untuk suami.
  5. Mampu mewujudkan hubungan intim yang baik dengan suami.
  6. Menjaga makan minum suami yang betul, tepat serta waktu tidur bagi elak emosi suami terganggu.
  7. Sentiasa menjaga kebersihan diri dan tempat tinggal.
  8. Amanah menjaga harta benda dalam rumah tangga.
  9. Isteri tidak boleh membuka aib suami dan hal rumah tangga kepada orang lain.
  10. Isteri kena jadi orang yang paling mengagungkan suami.

Sumber: http://albakriah.wordpress.com/

Jumat, 08 Agustus 2014

Ketika Hati Tersakiti

Ketika hati tersakiti, ada tiga proses yang kutahu. Ternyata 'memaafkan' dan 'sembuh dari sakit hati' itu adalah dua hal yang berbeda. Lalu dengan 'kembali seperti semula', menjadi tiga hal.

Memaafkan itu harus, wajib bagi orang-orag yang beriman pada ALLAH Yang Maha Pemaaf. Bisa dibiilang, kasarnya, "ALLAH aja maafin, masa manusia nggak. Sombong bener..." Tapi mungkin kata-kata ini dapat dibalik juga: "Nggak segampang itu gue sanggup maafin! Emang gue itu ALLAH!"

Yah, dua sikap itu bisa terjadi pada manusia normal, tergantung derajat sakit hatinya. Sikap kedua mungkin lebih mudah dihindari oleh kaum sufi, yang sungguh membuat iri diriku dan siapapun yang masih merasa tergolong 'rakyat jelata', yang keimanan dan ketaqwaannya masih naik turun Gunung Semeru (kenapa pula Semeru??). Dengan demikian, solusi untuk masalah yang satu ini jelas: tingkatkan iman dan taqwa (Gampaang...ngomongnya!).

Sembuh dari sakit hati itu biasanya pasti, hanya saja waktu perolehannya bervariasi. Ada yang dalam sejam bisa langsung sembuh, ada yang baru sanggup bertahun tahun kemudian. Sungguh beruntung orang-orang yang tergolong tipe pertama. Hidup nggak pernah susah. Orang-orang ini bisa jadi sejak lahir sudah beruntung, atau baru-baru saja. Entahlah. Tapi yang jelas, mereka tergolong manusia-manusia yang bersyukur.

Bersyukur? Ini juga terdengar gampang. Coba bayangkan hal yang paling buruk yang tak pernah kita inginkan terjadi. Yakin, tak sepatah kata pun selain syukur meluncur dari mulutmu?

Lupakan. Kau takkan pernah tahu kekuatan itu, sampai musibah itu benar-benar terjadi. Dan saat semua itu terlewati dengan luka yang telah menutup, barulah kau tahu: kau sudah sembuh. Dan itu berarti selamat, karena kau sudah mampu masuk dalam golongan yang beruntung itu: manusia-manusia penuh rasa syukur.

Hakikat Nikah...

Jika hakikat pernikahan adalah karena SEX,
maka pasangan rajin bertengkar jika servis di kamar tidur tidak memuaskan.
Jika hakikat pernikahan adalah karena HARTA,
maka pasangan bakal bubar jika bangkrut.
Jika hakikat pernikahan adalah karena BEAUTY/BODY,
pasangan bakal lari jika rambut beruban dan muka keriput atau badan jadi gendut.
Jika hakikat pernikahan adalah karena ANAK,
maka pasangan akan cari alasan utk pergi jika buah hati (anak) tidak hadir.
Jika hakikat pernikahan adalah karena KEPRIBADIAN,
pasangan akan lari jika orang berubah tingkah lakunya.
Jika hakikat pernikahan adalah karena CINTA,
hati manusia itu tidak tetap dan mudah terpikat pada hal-hal yang lebih baik,
lagipula manusia yang dicintai pasti MATI / PERGI.
Jika hakikat pernikahan adalah karena IBADAH kepada ALLAH,
sesungguhnya ALLAH itu KEKAL dan MAHA PEMBERI HIDUP kpd makhlukNYA.
Dan ALLAH mencintai hambaNYA melebihi seorang ibu mencintai bayinya.
Maka tak ada alasan apapun didunia yang dapat meretakkan rumah tangga
kecuali jika pasangan mendurhakai ALLAH.

Kamis, 07 Agustus 2014

Love Story



Atas Nama Cinta
Bismillahirrohmaanirrohiim...

Atas Nama Cinta, cinta yang mempersatukan kami. Berawal dari  perkenalan tanpa tatap muka di malam minggu 19 Januari 2007 atau malam1 muharram 1428 H, hingga pertemuan di salah satu tempat perbelanjaan di Medan pada Minggu, 28 Januari 2007 tepatnya 9 Muharram 1428 H membuat kami saling mengenal dan memahami. lama kelamaan rasa kenal itu ingin semakin dalam, dan berakhir dengan cinta. Percintaan yang penuh warna itu telah kami lewati bersama. walau terkadang pertengkaran kecil menghiasi kisah cinta kami, sudah begitu banyak kisah suka duka yang sudah kami lalui. dan itu semua atas nama cinta.

Ya Allah, jika kami jatuh hati, izinkanlah kami saling menyentuh hati yang tertaut pada-Mu, agar kami tidak terjatuh dalam jurang cinta semu. Kini setelah sekian lama kami mengenal dan memahami atas nama cinta, kami putuskan untuk hidup bersama dengan ikatan cinta yang tulus, murni dan indah. Kami berharap Allah tetap mempersatukan kami dalam cinta. Duhai Allah Tuhan Yang Maha Cinta izinkanlah kami tetap bersama dengan ikatan yang kuat sampai saat usia memisahkan kami.

Ya Allah, Engkau mengetahui bahwa hati kami ini telah berhimpun dalam cinta pada-Mu, telah bersatu salam dakwah pada-Mu, telah berpadu dalam membela syariat-Mu, kukuhkanlah ya Allah ikatan kami, kekalkanlah cinta kami, tunjukkanlah jalan kami, penuhilah hati kami ini dengan Nur-Mu yang tiada pernah pudar, Lapangkanlah dada kami dengan limpahan keimanan kepada-Mu dan keindahan bertawakal di jalan-Mu.

Ya Allah, andai Engkau berkenan, limpahkan kepada kami, cinta yang menjadikan pengikat rindu antara Rasulullah dan Khadijah Al-Qubro, yang Engkau jadikan mata air kasih sayang antara Ali Radhiyallahu Anhu dan Fatimah Az-Zahra.

Ya Allah, andai hal itu layak bagi kami, maka cukuplah doa kami dengan ridho-Mu untuk jadikan kami sebagai suami istri yang saling mencintai dikala dekat, saling menjaga kehormatan dikala jauh, saling mengingatkan dikala senang, saling menyempurnakan dalam ibadah, saling mendoakan dalam kebaikan dan ketaqwaan ya Allah sempurnakanlah kebahagiaan kami dengan menjadikan pernikahan ini sebagai ibadah kepada-Mu dan bukti cinta kami kepada sunah Rasul-Mu.
 InsyaAllah….
Aamiin.. yaa rabbal'aalamiin...