Menyusun Model Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL)
Jumat Wage, 7 Maret 2008 — Pendidikan
Pengertian
Contextual Teaching and Learning (CTL) merupakan proses pembelajaran yang holistik dan bertujuan membantu siswa untuk memahami makna materi ajar dengan mengaitkannya terhadap konteks kehidupan mereka sehari-hari (konteks pribadi, sosial dan kultural), sehingga siswa memiliki pengetahuan/ ketrampilan yang dinamis dan fleksibel untuk mengkonstruksi sendiri secara aktif pemahamannya.
CTL disebut pendekatan kontektual karena konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota masyarakat.
Rasional
Dalam Contextual teaching and learning (CTL) diperlukan sebuah pendekatan yang lebih memberdayakan siswa dengan harapan siswa mampu mengkonstruksikan pengetahuan dalam benak mereka, bukan menghafalkan fakta. Disamping itu siswa belajar melalui mengalami bukan menghafal, mengingat pengetahuan bukan sebuah perangkat fakta dan konsep yang siap diterima akan tetapi sesuatu yang harus dikonstruksi oleh siswa. Dengan rasional tersebut pengetahuan selalu berubah sesuai dengan perkembangan jaman.
Pemikiran Tentang Belajar
Proses belajar anak dalam belajar dari mengalami sendiri, mengkonstruksi pengetahuan, kemudian memberi makna pada pengetahuan itu. Transfer belajar; anak harus tahu makna belajar dan menggunakan pengetahuan serta ketrampilan yang diperolehnya untuk memecahkan masalah dalam kehidupannya. Siswa sebagai pembelajar; tugas guru mengatur strategi belajar dan membantu menghubungkan pengetahuan lama dengan pengetahuan baru, kemudian memfasilitasi kegiatan belajar. Pentingnya lingkungan belajar; siswa bekerja dan belajar secara di panggung guru mengarahkan dari dekat.
Hakekat
Komponen pembelajaran yang efektif meliputi:Konstruktivisme, konsep ini yang menuntut siswa untuk menyusun dan membangun makna atas pengalaman baru yang didasarkan pada pengetahuan tertentu. Pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas dan tidak secara tiba-tiba. Strategi pemerolehan pengetahuan lebih diutamakan dibandingkan dengan seberapa banyak siswa mendapatkan dari atau mengingat pengetahuan.
Tanya jawab, dalam konsep ini kegiatan tanya jawab yang dilakukan baik oleh guru maupun oleh siswa. Pertanyaan guru digunakan untuk memberikan kesempatan kepada siswa untuk berpikir secara kritis dan mengevaluasi cara berpikir siswa, seangkan pertanyaan siswa merupakan wujud keingintahuan. Tanya jawab dapat diterapkan antara siswa dengan siswa, guru dengan siswa, siswa dengan guru, atau siswa dengan orang lain yang didatangkan ke kelas.
Inkuiri, merupakan siklus proses dalam membangun pengetahuan/ konsep yang bermula dari melakukan observasi, bertanya, investigasi, analisis, kemudian membangun teori atau konsep. Siklus inkuiri meliputi; observasi, tanya jawab, hipoteis, pengumpulan data, analisis data, kemudian disimpulkan.
Komunitas belajar, adalah kelompok belajar atau komunitas yang berfungsi sebagai wadah komunikasi untuk berbagi pengalaman dan gagasan. Prakteknya dapat berwujud dalam; pembentukan kelompok kecil atau kelompok besar serta mendatangkan ahli ke kelas, bekerja dengan kelas sederajat, bekerja dengan kelas di atasnya, beekrja dengan masyarakat.
Pemodelan, dalam konsep ini kegiatan mendemontrasikan suatu kinerja agar siswa dapat mencontoh, belajr atau melakukan sesuatu sesuai dengan model yang diberikan. Guru memberi model tentang how to learn (cara belajar) dan guru bukan satu-satunya model dapat diambil dari siswa berprestasi atau melalui media cetak dan elektronik.
Refleksi, yaitu melihat kembali atau merespon suatu kejadian, kegiatan dan pengalaman yang bertujuan untuk mengidentifikasi hal yang sudah diketahui, dan hal yang belum diketahui agar dapat dilakukan suatu tindakan penyempurnaan. Adapun realisasinya adalah; pertanyaan langsung tentang apa-apa yang diperolehnya hari itu, catatan dan jurnal di buku siswa, kesan dan saran siswa mengenai pembelajaran pada hari itu, diskusi dan hasil karya.
Penilaian otentik, prosedur penilaian yang menunjukkan kemampuan (pengetahuan, ketrampilan sikap) siswa secara nyata. Penekanan penilaian otentik adalah pada; pembelajaran seharusnya membantu siswa agar mampu mempelajari sesuatu, bukan pada diperolehnya informasi di akhr periode, kemajuan belajar dinilai tidak hanya hasil tetapi lebih pada prosesnya dengan berbagai cara, menilai pengetahuan dan ketrampilan yang diperoleh siswa.
Penerapan CTL dalam pembelajaran
Kembangkan pemikiran bahwa anak akan belajar lebih bermakna dengan cara bekerja sendiri, menemukan sendiri dan engkonstruksi sendiri pengetahuan dan ketrampilan baru. Lakukan sejauh mungkin kegiatan inkuiri untuk semua toipik. Kembangkan sifat keingin tahuan siswa dengan cara bertanya. Ciptakan masyarakat belajar (belajar dalam kelompok-kelompok). Hadirkan model sebagai contoh dalam pembelajaran. Lakukan refleksi pada akhir pertemuan. Lakukan penilaian otentik yang betul-betul menunjukkan kemampuan siswa.
http://bandono.web.id/2008/03/07/menyusun-model-pembelajaran-contextual-teaching-and-learning-ctl/
Sabtu, 06 September 2008
Rabu, 13 Agustus 2008
SIAPAKAH ANDA ?
Siapakah orang yang sibuk? Orang yang sibuk adalah orang yang suka menyepelekan waktu solatnya seolah-olah ia mempunyai kerajaan seperti kerajaan Nabi Sulaiman a.s
Siapakah orang yang manis senyumanya? Orang yang mempunyai senyuman yang manis adalah orang yang ditimpa musibah lalu dia berkata "Inna lillahi wainna illaihi rajiuun." Lalu sambil berkata,"Ya Rabb, Aku redha dengan ketentuanMu ini", sambil mengukir senyuman.
Siapakah orang yang kaya? Orang yang kaya adalah orang yang bersyukur dengan apa yang ada dan tidak lupa akan kenikmatan dunia yang sementara ini.
Siapakah orang yang miskin? Orang yang miskin adalah orang tidak puas dengan nikmat yang ada selalu menumpuk-numpukkan harta.
Siapakah orang yang rugi? Orang yang rugi adalah orang yang sudah sampai usia pertengahan namun masih berat untuk melakukan ibadat dan amal-amal kebaikan.
Siapakah orang yang paling cantik? Orang yang paling cantik adalah orang yang mempunyai akhlak yang baik.
Siapakah orang yang mempunyai rumah yang paling luas? Orang yang mempunyai rumah yang paling luas adalah orang yang mati membawa amal-amal kebaikan di mana kuburnya akan di perluaskan sejauh mata memandang.
Siapakah orang yang mempunyai rumah yang sempit lagi dihimpit? Orang yang mempunyai rumah yang sempit adalah orang yang mati tidak membawa amal-amal kebaikkan lalu kuburnya menghimpitnya.
Siapakah orang yang mempunyai akal? Orang yang mempunyai akal adalah orang-orang yang menghuni syurga kelak karena telah menggunakan akal sewaktu di dunia untuk menghindari siksa neraka.
Siapakah org yg PELIT ? Orang yg pelit ialah org yg membiarkan tulisan ini begitu saja, malah dia tidak akan menyampaikan kepada org lain.
Siapakah orang yang manis senyumanya? Orang yang mempunyai senyuman yang manis adalah orang yang ditimpa musibah lalu dia berkata "Inna lillahi wainna illaihi rajiuun." Lalu sambil berkata,"Ya Rabb, Aku redha dengan ketentuanMu ini", sambil mengukir senyuman.
Siapakah orang yang kaya? Orang yang kaya adalah orang yang bersyukur dengan apa yang ada dan tidak lupa akan kenikmatan dunia yang sementara ini.
Siapakah orang yang miskin? Orang yang miskin adalah orang tidak puas dengan nikmat yang ada selalu menumpuk-numpukkan harta.
Siapakah orang yang rugi? Orang yang rugi adalah orang yang sudah sampai usia pertengahan namun masih berat untuk melakukan ibadat dan amal-amal kebaikan.
Siapakah orang yang paling cantik? Orang yang paling cantik adalah orang yang mempunyai akhlak yang baik.
Siapakah orang yang mempunyai rumah yang paling luas? Orang yang mempunyai rumah yang paling luas adalah orang yang mati membawa amal-amal kebaikan di mana kuburnya akan di perluaskan sejauh mata memandang.
Siapakah orang yang mempunyai rumah yang sempit lagi dihimpit? Orang yang mempunyai rumah yang sempit adalah orang yang mati tidak membawa amal-amal kebaikkan lalu kuburnya menghimpitnya.
Siapakah orang yang mempunyai akal? Orang yang mempunyai akal adalah orang-orang yang menghuni syurga kelak karena telah menggunakan akal sewaktu di dunia untuk menghindari siksa neraka.
Siapakah org yg PELIT ? Orang yg pelit ialah org yg membiarkan tulisan ini begitu saja, malah dia tidak akan menyampaikan kepada org lain.
Menyikapi Kesulitan Hidup
Oleh : ilham fatahillah
Ketika kesulitan hidup itu datang, hati berubah gundah, kesana-kemari seolah mencari sesuatu yang hilang. Tekanan darah naik, darah pun mengalir tak beraturan, menekan keras ke otak hingga membuatnya panas, lalu mengendap di dada menekan paru-paru hingga nafas terasa berat, detak jantung tidak menentu, dada berdebar-debar menekan balik darah. Sementara itu keringat dingin pun membeku, dan sekujur tubuh terasa pegal. Emosi kian memuncak, dengan sorotan mata yang tajam dan pikiran berputar-putar mengitari tumpukan segala kegundahan.
Setiap orang pasti pernah mengalami saat-saat sulit dalam menjalani kehidupannya. Kadang kesulitan itu memang membuat seseorang frustasi, bingung, stres, panik, putus asa dan sikap negatif lainnya. Namun hal ini hanya terjadi pada kebanyakan orang yang hidupnya jauh dari tuntunan Al-Qur`an. Jauhnya mereka dari tuntunan Al Qur'an menyebabkan mereka gampang gelisah, tegang, dan marah. Mereka menjalani kehidupan ini dengan beban masalah dan tekanan batin yang luar biasa beratnya, sehingga menjauhkan mereka dari kebahagiaan hidup.
Seorang mukmin tentu berbeda dalam menyikapi berbagai kesulitan hidup yang dihadapinya.Mereka memahami bahwa kesulitan atau ujian diberikan oleh Allah dalam rangka menguji hamba-Nya. Dan mereka tahu bahwa kesulitan itu dibuat untuk membedakan antara mereka yang benar-benar beriman dan mereka yang memiliki penyakit di hatinya, yaitu mereka yang tidak tulus dalam meyakini keimanan mereka. Karena itu, ujian atau kesulitan yang hadir dalam kehidupan kita akan menunjukkan siapakah kita sebenarnya. Allah menjelaskan melalui firman-Nya, bahwa Dia akan menguji manusia untuk melihat siapakah yang benar-benar beriman.
"Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum nyata bagi Allah orang-orang yang berjihad di antaramu, dan belum nyata orang-orang yang sabar." (Ali Imran: 142)
"Allah sekali-kali tidak akan membiarkan orang-orang yang beriman dalam keadaan kamu sekarang ini, sehingga Dia menyisihkan yang buruk (munafik) dari yang baik (mukmin)...."(al-Baqarah: 179)
Ketika membaca terjemahan ayat tersebut, hendaknya semakin menambah kesadaran kita bahwa kehidupan ini memang dipenuhi dengan aneka masalah dan berbagai kesulitan. Karena dunia ini merupakan Darut Taklif, maksudnya adalah tempat pembebanan. Tidak ada seorang pun yang terbebas dari masalah selama mereka hidup di dunia. Dan sungguh merugi orang yang larut dalam kesedihan, kesedihan yang panjang justru akan semakin menyulitkan diri dalam menghadapi masalah. Hanya dengan keberanian untuk bangkit dan bersabar, kesulitan itu akan terasa mudah. Berbahagialah orang yang mampu bersabar dalam menghadapi setiap kesulitan hidup, karena Allah beserta orang-orang yang sabar.
Minggu, 10 Agustus 2008
LuCu Ya!!
Sesuatu yang lucu...
Lucu ya, uang Rp 20.000-an kelihatan begitu besar bila dibawa ke kotak amal masjid, tapi begitu kecil bila kita bawa ke supermarket.
Lucu ya, 45 menit terasa terlalu lama untuk berdzikir, tapi betapa pendeknya waktu itu untuk nonton pertandingan sepakbola.
Lucu ya, betapa lamanya 2 jam berada di Mesjid, tapi betapa cepatnya 2 jam berlalu saat menikmati pemutaran film di bioskop.
Lucu ya, susah merangkai kata untuk dipanjatkan saat berdoa atau sholat, tapi betapa mudahnya mencari bahan obrolan bila ketemu teman.
Lucu ya, betapa serunya perpanjangan waktu di pertandingan bola favorit kita, tapi betapa bosannya bila imam sholat Tarawih bulan Ramadhan kelamaan bacaannya.
Lucu ya, susah banget baca Al-Quran 1 Juz saja, tapi novel "best seller" 100 halamanpun habis dilalap.
Lucu ya, orang-orang pada berebut paling depan untuk nonton bola atau konser, dan berebut cari shaf paling belakang bila Jum'atan agar bisa cepat keluar.
Lucu ya, susahnya orang mengajak berpartisipasi untuk dakwah, tapi mudahnya orang berpartisipasi menyebar gosip.
Lucu ya, kita begitu percaya pada yang dikatakan koran, tapi sering kita mempertanyakan apa yang dikatakan Qur'an.
Lucu ya, semua orang pinginnya masuk surga tanpa harus beriman, berpikir, berbicara atau melakukan apa-apa.
Lucu ya, kita bisa ngirim ribuan "jokes" lewat "E-mail", tapi bila ngirim yang berkaitan dengan ibadah sering mesti berpikir dua kali.
Lucu ya, uang Rp 20.000-an kelihatan begitu besar bila dibawa ke kotak amal masjid, tapi begitu kecil bila kita bawa ke supermarket.
Lucu ya, 45 menit terasa terlalu lama untuk berdzikir, tapi betapa pendeknya waktu itu untuk nonton pertandingan sepakbola.
Lucu ya, betapa lamanya 2 jam berada di Mesjid, tapi betapa cepatnya 2 jam berlalu saat menikmati pemutaran film di bioskop.
Lucu ya, susah merangkai kata untuk dipanjatkan saat berdoa atau sholat, tapi betapa mudahnya mencari bahan obrolan bila ketemu teman.
Lucu ya, betapa serunya perpanjangan waktu di pertandingan bola favorit kita, tapi betapa bosannya bila imam sholat Tarawih bulan Ramadhan kelamaan bacaannya.
Lucu ya, susah banget baca Al-Quran 1 Juz saja, tapi novel "best seller" 100 halamanpun habis dilalap.
Lucu ya, orang-orang pada berebut paling depan untuk nonton bola atau konser, dan berebut cari shaf paling belakang bila Jum'atan agar bisa cepat keluar.
Lucu ya, susahnya orang mengajak berpartisipasi untuk dakwah, tapi mudahnya orang berpartisipasi menyebar gosip.
Lucu ya, kita begitu percaya pada yang dikatakan koran, tapi sering kita mempertanyakan apa yang dikatakan Qur'an.
Lucu ya, semua orang pinginnya masuk surga tanpa harus beriman, berpikir, berbicara atau melakukan apa-apa.
Lucu ya, kita bisa ngirim ribuan "jokes" lewat "E-mail", tapi bila ngirim yang berkaitan dengan ibadah sering mesti berpikir dua kali.
Love Is LIve
Artikel Islami
15 Juni 2008 - 17:05 Warning: Division by zero in /home/dudung/hosting/www.dudung.net/detail_artikel_rewrite.php on line 604
Love Is Life
Oleh : Suhanda
Ketika kita berbicara tentang cinta maka seketika yang ada dalam benak kita adalah ‘apa itu cinta',apakah ia sebuah benda,ataukah ia hanya sebuah karya ilmiah berbentuk tulisan yang menggambarkan keadaan ataupun kondisi bathin seseorang tatkala ia merasakan suatu bentuk rasa/feel yang kebanyakan orang menyebutnya'Rasa Cinta' ataukah ia hanya merupakan khayalan/mimpi yang muncul di alam bawah sadar tatkala seseorang dikehidupan nyatanya ‘TERSENGAT' oleh suatu bentuk rasa yang sulit untuk ia gambarkan lewat kata-kata namun dirasakannya ada,tatkala ia bertemu dengan lawan jenisnya yang dianggapnya sebagai soulmate/belahan jiwanya,dimana dalam sejarahnya seorang wanita/hawa diciptakan tuhan dari tulang rusuk lelaki/adam.
Namun apapun bentuknya,jelas sekali disini menggambarkan adanya Cinta sebagai Diri dan Cinta dalam hubungannya dengan seseorang / banyak orang ( Relation ).
Coba Simak yang ini :
a.Cinta sebagai diri.
Cinta itu sendiri hakikatnya dilihat dari sisi penciptaan adalah juga merupakan makhluk sebagaimana layaknya makhluk-makhluk ciptaan tuhan lainnya namun ia lebih pada bentuk karya cipta yang tidak nyata namun ia ada dan erat sekali kaitannya dalam hidup dan kehidupan setiap makhluk.
b.Cinta Dalam Hubungan/Relation.
Karena cinta itu sendiri telah ada dalam setiapdiri/makhluk maka ia terapresiasikan ke dalam bentuk bahasa jiwa seperti bahagia ataupun sedih,susah ataupun senang,suka ataupun duka,dsbnya.Malah ia terkadang sering berubah-ubah bentuk emosi jiwa,baik dalam hal cara mengapresiasikan/perwujudannya maupun dari sisi penerimaan dari lawan jenis.
Berangkat dari kedua hal tersebut diatas maka lahirlah berbagai anggapan orang sesuai dengan keadaan yang dirasakannya maupun dari cara memandang/memaknai cinta itu sendiri,yang diantaranya ada yang beanggapan:1.Cinta itu Indah.2.Cinta itu sebagai sebuah misteri.3.Cinta itu Buta.Dsbnya.
Saya mencoba menarik garis tengah/benang merah dari berbagai anggapan itu denagn sebuah pernyataan yaitu "LOVE IS LIFE" alias CINTA BERARTI HIDUP karena sangat erat sekali kaitan diantara keduanya dimana Cinta tidak akan ada jika tidak adanya Hidup dan Hidup tidak akan mempunyai arti / sia-sia jika tanpa Cinta.
Malah saya beranggapan seolah-olah cinta itu telah menjadi nyawa/jiwa/soul dalam hidup dan kehidupan semua makhluk. Pengertian jiwa disini ialah sesuatu yang membuat hidup atau menjadikan sesuatu menjadi hidup atau dengan kata lain cinta itu sendiri membawa misi hidup dan kehidupan.
Agar lebih jelas mari kita lihat beberapa kasus dibawah ini:
Seorang ibu karena kecintaannya yang begitu besar pada anaknya rela berjuang antara hidup dan mati tatkala melahirkan demi melihat sang anak lahir dan merasakan hidup,dan tidak hanya sampai distu saja bahkan ia masih harus berjuang dalam mengasuh,mendidik,dan membesarkannya hingga dewasa serta siap mengayuh bahtera kehidupannya sendiri.
Seorang lelaki yang merasa frustasi dengan melakukan hal-hal yang negative sebagai penyaluran rasa sakit hati dan kebencian yang teramat sangat karena merasa hidupnya sudah tidak punya arti lagi setelah ditinggal pergi sang kekasih yang berpaling pada laki-laki lain yang dianggapnya lebih baik dan lebih pantas baginya hingga pada suatu ketika ia bertemu dengan seorang gadis yang dianggapnya telah membawa kembali hidupnya beserta cintanya yang dulu telah pergi bersama kekasihnya dulu.
Dari kedua kasus tersebut yang jadi pertanyaan kita adalah apakah sang anak ataupun kekasih tersebut yang membuat ia hidup sedang kita tau bersama bahwa tidak mungkin seorang hamba menghidupkan hamba yang lain karena hanya Tuhanlah yang berkuasa untuk melakukan itu semua.
Kalaupun seseorang itu merasa hidup itu dikarenakan hatinya telah kembali menjadi hidup setelah mendapatkan apa yang diinginkannya,dari sini kita tau bahwa hubungan manusia yang satu dengan yang lain diikat dalam hubungan rasa......baik itu Rasa Cinta,Rasa Kasih,Rasa Sayang,dsnya yang NOTABENE rasa-rasa tersebut ada didalam HATI .
Cinta menjadi indah karena ia melahirkan rasa aman,nyaman,damai dan bahagia.
Hanya Hati yang Hidup saja yang bisa merasakan rasa tersebut dia atas yang terimplementasikan / terapresiasikan lewat bahasa jiwa dan bahasa tubuh seperti rasa rindu / kasmaran,selalu ingin berduaan serta berdekatan terus dengan pasangannya hingga tidak ingin dipisahkan walau oleh / dengan apapun bahkan rela mati bersama seperti pada kisah Romi dan Yuli.
Cinta menjadi sebuah misteri karena ia memerlukan waktu,pengenalan,dan penyesuaian bentuk maupun rasa .
Sebelum kita melangkah lebih jauh perlu kita ketahui bersama apa itu waktu,menurut hemat penulis waktu memiliki arti harfiah adalah suatu perjalanan dari perhitungan matematis misal waktu ke menit,menit ke jam dstnya.Ataupun arti lainnya seperti perjalanan hidup dan perjalanan takdir.Yang dimaksudkan disini adalah saat/ketika pertemuan maupun berakhirnya suatu hubungan Cinta Kasih diantara dua atau lebih pelakunya.Perlunya pengenalan disini penekanannya pada pengenalan diri akan hakikat siapa diri kita sesungguhnya dan apa yang sebenarnya yang diinginkan dalam hidup ini.
Dan hal tersebut memerlukan kesesuian bentuk maupun rasa yang telah ada didalam diri yang umumnya disebut sebagai fitrah/sejatinya diri. ianya merupakan suatu proses yang tidak mudah bahkan perlu perjuangan dan pengorbanan yang tidak sedikit untuk dapat sampai pada HAKIKAT / KENYATAAN yang sesungguhnya.
Cinta menjadi buta karena ketidaktahuan ataupun kekeliruan cara memandang dan memaknainya.
Hal ini berkaitan erat dengan apa yang dibahas sebelumnya diatas tadi,Cuma yang menjadi penekanan disini adalah jika keliru cara memandang/memaknai CINTA maka akan keliru pula pada prakteknya dan pada apa yang akan didapat (dihasilkan)dan seringkali yang terjadi adalah sebuah Dilema,dan rasa frustrasi yang bermuara pada Penganiayaan ke atas Diri Sendiri bahkan pada orang lain
Meski Samar namun hal ini sering menghinggapi kebanyakan pribadi dan bahkan sampai ikut berperan aktif menimbulkan kerusakan / kehancuran umat manusia baik sebagai suatu Pribadi, Kaum, Masyarakat, bahkan sebagai Bangsa/Negara.
Apakah ada kaitan antara diri sebagai sebuah pribadi,cinta dan kehidupan ?
Jawabnya ADA,karena seorang insan yang baik tentunya akan mampu meletakkan cinta pada hakikat yang sesungguhnya sehingga akan mampu pula menghargai arti hidup dan kehidupan yang telah diberikan oleh Tuhan Yang Maha Esa,sehingga pada akhirnya terciptalah pula kehidupan yang DAMAI lagi BAHAGIA dimuka bumi ini.
Akhirul Kalam andai boleh Penulis memberikan pendapat sebagai Kesimpulan dari tulisan ini...........Letakkanlah Kecintaan kepada Allah Swt diatas segala kecintaan kita pada hamba-hamba allah lainnya karena dari dialah kita berasal dan hanya padanya jua akhirnya kita akan kembali....Amin Ya Rabbal Alamin
MOS Tanpa Plonco??
Buletin Gaul Islam
18 Juli 2008 - 01:32
MOS Tanpa Plonco? Bisa Kok!
gaulislam edisi 039/tahun I (18 Rajab 1429 H/21 Juli 2008)
Tahun ajaran baru gini, biasanya musim apaan sih? Yup, pasti musim MOS alias Masa Orientasi Siswa. Hari-hari perdana para pelajar memasuki sebuah lingkungan sekolah baru (SMP dan SMA) diharuskan mengikuti program MOS yang biasanya di-handle ama kakak kelasnya. Berbagai peraturan pun diterapkan, mulai dari membawa tas dari karung beras atau kantung kresek ukuran jumbo, rambut dikucir sejumlah tanggal lahir (bagi cewek) dengan pita warna-warni, pakai sabuk dari tali plastik, sampai kertas dikalungkan bertuliskan nama-nama aneh yang harus diikat di leher sampai kegiatan MOS selesai. Itu adalah sebagian gambaran umum MOS yang berlaku di sekolah-sekolah, termasuk di kampus-kampus perguruan tinggi dengan nama OSPEK. Malah, sangat boleh jadi lebih keras dan lebih sadis, gitu lho. Gawat!
Jaman dulu lebih “error”Dulu, kegiatan MOS ini dibungkus oleh kegiatan wajib yang bernama Penataran P4 yang booming banget di masa orde baru. Di dalam kelas para siswa dan mahasiswa dicekokin tentang Pancasila, di luar ruangan mereka dikerjain para senior, dari perlakuan biasa sampe yang membahayakan nyawa. Gimana nggak, kalo ternyata para yunior ini ada yang menemui ajal karena dikerjain senior untuk meminum air aki (beeuh, error abis tuh!). Hal ini beneran terjadi di era tahun 80-an. Yup, kalo sekadar bonyok-bonyok karena dipukuli senior, itu hal yang lumrah banget.
Terus di tahun 90-an, MOS dengan selubung penataran P4 udah mulai agak manusiawi. Hukuman fisik sudah mulai dilarang di sekolah-sekolah dan kampus-kampus. Hal ini tidak terlepas dari peran media massa yang banyak memberitakan tentang kekejaman MOS. Sedikit bisa bernafas lega bagi mereka yang masuk tahun ajaran di era akhir 90-an meski belum benar-benar hilang budaya kekerasan ini. Memang sih nggak sampai main pukul ke yunior, tapi hukuman semisal push-up, dan lari-lari keliling lapangan masih kental terasa. Apalagi yang namanya bentakan, masih ada kok.
Aksesoris lain yang menyertai MOS biasanya disuruh pake tas yang nyeleneh. Mulai dari yang berbahan karung goni yang biasa untuk menampung beras hingga karung kain yang biasa dipake tepung terigu. Rambut juga nggak boleh dibiarkan nganggur alias diberi rumbai-rumbai atau pita warna-warni. Persis deh kayak pasien kabur dari RSJ hehehe...
Oya, ada lagi persyaratan tambahan semisal hari pertama bawa coklat dua batang, hari kedua bawa soft drink. Nggak jarang ada yang disuruh bawa lembaran koran/surat kabar dan beberapa ons bawang putih. Alasannya sih untuk dijual kembali dan digunakan bakti sosial. Tapi kalo cokelat dan minuman kaleng, so pasti masuk perut kakak senior dong. Curang yah?
MOS, ajang kenalan dan disiplin?Banyak yang berdalih bahwa ajang orientasi semacam ini adalah momen perkenalan antara senior dengan yunior, dan begitu sebaliknya. Dengan kekerasan dan tindakan-tindakan ‘kejam’ diharapkan si yunior mudah hapal dan kenal dengan kakak senior. Kenal sih kenal tapi apa asyiknya dikenal seseorang karena kekejamannya? Trus masa’ iya sih, ajang perkenalan harus pake hukuman dan bentakan? Apa nggak ada cara lain yang lebih tepat dan manusiawi?
Saya ingat sebuah sekolah (nggak usah disebutin namanya ye) yang di saat sekolah-sekolah lain masih menerapkan orientasi ala barbar, sekolah ini udah menerapkan MOS yang beda. Pembuatan makalah secara berkelompok, kuis pengasah otak, dan beberapa permainan mendidik menjadi alternatif untuk mengenal sekolah dan seniornya. Tak ada suara bentakan, hukuman fisik atau teriakan kasar senior ke yunior. Keren kan?
Cara di atas jauh lebih efektif dan sesuai dengan tujuan pendidikan daripada sebuah ajang kekerasan di dalam institusi sekolah maupun kampus. MOS dengan kekerasan hanya akan melestarikan budaya kekerasan dari generasi ke generasi. Sang yunior yang dibentak-bentak dan diberi hukuman fisik, pastilah menyimpan sebuah dendam di hati yang itu nantinya akan dilampiaskan ke yunior tahun berikutnya. Selalu seperti ini berulang terus tiap tahunnya. Masih ingat kan kasus IPDN? Lalu yang masih anget adalah kasus kekerasan di dalam kampus STIP (Sekolah Tinggi Ilmu Pelayaran).
Oya, alasan tentang perlunya kekerasan dalam MOS sebagai ajang perkenalan, nggak masuk akal. Dalih kedua adalah demi menegakkan disiplin. Apa iya disiplin bisa diterapkan dengan cacian dan makian? Naif banget alasan itu.
Mengapa ini terjadi?Budaya kekerasan dalam dunia pendidikan adalah hal yang aneh dan tak masuk akal bagi mereka yang masih berakal sehat. Lha wong pendidikan itu gunanya untuk mengubah perilaku dari yang semula tidak terdidik menjadi generasi yang terdidik. Pernah dengar istilah ‘kayak orang nggak berpendidikan aja’ bila ada seseorang atau oknum terdidik tapi melakukan tindakan-tindakan yang nggak semestinya? Itu artinya, tujuan pendidikan memang seharusnya melahirkan orang-orang dengan perilaku selayaknya orang terdidik. Nah, kalo ada orang-orang yang berpendidikan tinggi namun masih menerapkan sikap dan perilaku kayak orang nggak berpendidikan, siapa yang salah?
Coba kita telusuri satu per satu adanya kekerasan di dunia pendidikan. Nggak peduli level SMP, SMA, perguruan tinggi negeri maupun swasta bahkan sekolah tinggi milik negara, semua aktivitas yang terjadi di dalamnya termasuk kegiatan MOS pastilah atas sepengetahuan dan izin atasan. Bo’ong banget kalo ada pimpinan sekolah, kampus, atau institusi yang mengatakan nggak tahu adanya budaya kekerasan di dalam wilayah yang dipimpinnya. Toh nyatanya bila sang pemimpin tegas dengan ancaman pemberian sanksi bagi yang masih melanggar, maka angka kekerasan di dunia pendidikan bisa juga ditekan.
Masalahnya, nggak semua orang yang punya kedudukan sebagai pemimpin punya ketegasan sikap. Banyak dari mereka yang seolah-olah nggak peduli adanya penyimpangan dalam lembaga yang dipimpinnya. Ini semua hal yang lumrah banget terjadi akibat kebingungan pihak pemerintah sendiri dalam merumuskan tujuan pendidikan. Aduh, kacau banget kan? Ya, memang menyedihkan.
Solusinya, gimana dong?Maksud awal masa orientasi itu sesungguhnya positif yaitu untuk pengenalan lingkungan sekolah atau kampus kepada calon penghuni baru termasuk para senior. Masa orientasi ini jadi negatif ketika disalah-gunakan dengan kekerasan meski dalihnya demi kedisiplinan. Kedisiplinan nggak mungkin bisa ditegakkan dengan bentakan, cacian bahkan tonjokan. Bila pun ada yang terlihat disiplin akibat diterapkannya sistem ala preman ini, bisa dipastikan itu hanya semu belaka.
Saya dulu punya teman yang disiplin banget dengan diterapkannya MOS dengan bentakan, cacian dan hukuman fisik. Tapi apa yang terjadi ketika waktu sholat tiba? Ia santai aja tuh, nggak tergerak untuk segera ambil wudhu dan menunaikan sholat. Kalo benar kedisiplinan ada pada dirinya sebagaimana dia tunduk di depan senior, maka seharusnya ia lebih tunduk dong di hadapan Sang Mahakuasa (karena pasti di atas segalanya). See, ternyata kedisiplinan dengan kekerasan hanya menghasilkan hal yang palsu saja. Bahkan banyak terjadi, yunior bersikap sok menantang senior bila ia semakin ditekan untuk tunduk dengan kekerasan.
MOS yang santun bisa diterapkan kok di tengah budaya teriakan dan hukuman fisik. Saya dulu pernah mencobanya ketika SMA jadi senior, dengan menerapkan hukuman yang berbeda ketika ada yunior yang melanggar peraturan. Suruh aja tuh yunior menghapal ayat Qursy atau surat-surat pendek lainnya. Terus ajak dialog tentang motivasi dia melanggar dan apa penyebabnya. Dijamin deh, selain muka kakak senior nggak perlu harus kayak Nenek Lampir dan Si Gerandong karena teriak-teriak biar kelihatan sok jahat, sikap ini jauh lebih terlihat bijak dan manjur menekan angka pelanggaran. Dengan cara ini, saya dulu jadi spesialis menangani yunior-yunior bengal yang sulit diatur (ciee… kagak maksud nyombong lho…)
Intinya, para yunior itu adalah manusia yang punya akal dan hati. Sentuhlah kedua hal ini (akal dan perasaannya), maka sebengal apa pun karakter manusia, insya Allah bisa disembuhkan kok. Selain tidak menimbulkan dendam, cara elegan ini bisa membuat seseorang mendapat hidayah dengan semakin tebalnya iman dan keyakinannya terhadap keindahan Islam yang penuh dengan kelembutan.
“Sekolah/kampus saya bukan sekolah/kampus Islam”, mungkin di antara kamu ada yang berdalih. Harap tahu saja, saya pun tak pernah bersekolah atau masuk kampus Islam. Tapi bisa tuh cara di atas diterapkan. Buang pikiran kamu yang terkotak-kotak antara sekolah/kampus Islam dan umum. Pola pikir kayak gini khas banget milik para sekuleris alias mereka yang suka memisahkan agama dengan kehidupan. Padahal kalo Islam, nggak berlaku tuh yang namanya sekularisme. Munculnya carut-marut pendidikan termasuk penyelenggaraan MOS ini, yang pasti adalah karena dihilangkannya unsur keimanan dan ketakwaan dalam kurikulum. Ada sih, tapi secuil dan banyak guru yang nggak bisa cara ngajarinnya, karena antara ilmu dan amal nggak nyambung.
Sudah saatnya kita semua, tidak peduli sekolah/kampus Islam atau umum, balik ke sistem pendidikan Islam yang bertujuan menciptakan generasi berkepribadian Islam juga. Yang namanya kepribadian Islam, standarnya dalam berbuat pasti Islam juga dong. Jadi, nggak perlu tuh pemerintah teriak-teriak melarang perpeloncoan berkedok MOS. Sudah otomatis orang yang punya kepribadian Islam nggak akan melakukan sesuatu yang melanggar syariat Islam, termasuk penggunaan kekerasan dalam area pendidikan.
Jadi ternyata, Islam itu solutif banget yah. Bahkan dalam penyelenggaraan MOS pun, bila acuannya Islam maka tak perlu ada masalah kayak gini. Jadi udah saatnya deh negeri ini menoleh ke Islam bila menginginkan kehidupan generasi yang lebih baik. Supaya fenomena kekerasan ala IPDN, STIP atau genk motor dan Gank Nero bisa diberantas tuntas bila pihak yang berwenang menghendaki kebaikan bagi para siswanya.
Oya, buat kamu-kamu yang kebetulan jadi panitia MOS atau OSPEK, jangan takut untuk memberikan nafas segar bagi dunia pendidikan kita dimulai dari keberanian kamu menawarkan konsep Islam yang indah ini. Mau kan kamu jadi agent of change ini? Harus dong, karena imbalannya nggak main-main, yaitu berupa kemuliaan di dunia dan pahala di akhirat kelak. Asyik kan? [ria: riafariana@yahoo.com]
18 Juli 2008 - 01:32
MOS Tanpa Plonco? Bisa Kok!
gaulislam edisi 039/tahun I (18 Rajab 1429 H/21 Juli 2008)
Tahun ajaran baru gini, biasanya musim apaan sih? Yup, pasti musim MOS alias Masa Orientasi Siswa. Hari-hari perdana para pelajar memasuki sebuah lingkungan sekolah baru (SMP dan SMA) diharuskan mengikuti program MOS yang biasanya di-handle ama kakak kelasnya. Berbagai peraturan pun diterapkan, mulai dari membawa tas dari karung beras atau kantung kresek ukuran jumbo, rambut dikucir sejumlah tanggal lahir (bagi cewek) dengan pita warna-warni, pakai sabuk dari tali plastik, sampai kertas dikalungkan bertuliskan nama-nama aneh yang harus diikat di leher sampai kegiatan MOS selesai. Itu adalah sebagian gambaran umum MOS yang berlaku di sekolah-sekolah, termasuk di kampus-kampus perguruan tinggi dengan nama OSPEK. Malah, sangat boleh jadi lebih keras dan lebih sadis, gitu lho. Gawat!
Jaman dulu lebih “error”Dulu, kegiatan MOS ini dibungkus oleh kegiatan wajib yang bernama Penataran P4 yang booming banget di masa orde baru. Di dalam kelas para siswa dan mahasiswa dicekokin tentang Pancasila, di luar ruangan mereka dikerjain para senior, dari perlakuan biasa sampe yang membahayakan nyawa. Gimana nggak, kalo ternyata para yunior ini ada yang menemui ajal karena dikerjain senior untuk meminum air aki (beeuh, error abis tuh!). Hal ini beneran terjadi di era tahun 80-an. Yup, kalo sekadar bonyok-bonyok karena dipukuli senior, itu hal yang lumrah banget.
Terus di tahun 90-an, MOS dengan selubung penataran P4 udah mulai agak manusiawi. Hukuman fisik sudah mulai dilarang di sekolah-sekolah dan kampus-kampus. Hal ini tidak terlepas dari peran media massa yang banyak memberitakan tentang kekejaman MOS. Sedikit bisa bernafas lega bagi mereka yang masuk tahun ajaran di era akhir 90-an meski belum benar-benar hilang budaya kekerasan ini. Memang sih nggak sampai main pukul ke yunior, tapi hukuman semisal push-up, dan lari-lari keliling lapangan masih kental terasa. Apalagi yang namanya bentakan, masih ada kok.
Aksesoris lain yang menyertai MOS biasanya disuruh pake tas yang nyeleneh. Mulai dari yang berbahan karung goni yang biasa untuk menampung beras hingga karung kain yang biasa dipake tepung terigu. Rambut juga nggak boleh dibiarkan nganggur alias diberi rumbai-rumbai atau pita warna-warni. Persis deh kayak pasien kabur dari RSJ hehehe...
Oya, ada lagi persyaratan tambahan semisal hari pertama bawa coklat dua batang, hari kedua bawa soft drink. Nggak jarang ada yang disuruh bawa lembaran koran/surat kabar dan beberapa ons bawang putih. Alasannya sih untuk dijual kembali dan digunakan bakti sosial. Tapi kalo cokelat dan minuman kaleng, so pasti masuk perut kakak senior dong. Curang yah?
MOS, ajang kenalan dan disiplin?Banyak yang berdalih bahwa ajang orientasi semacam ini adalah momen perkenalan antara senior dengan yunior, dan begitu sebaliknya. Dengan kekerasan dan tindakan-tindakan ‘kejam’ diharapkan si yunior mudah hapal dan kenal dengan kakak senior. Kenal sih kenal tapi apa asyiknya dikenal seseorang karena kekejamannya? Trus masa’ iya sih, ajang perkenalan harus pake hukuman dan bentakan? Apa nggak ada cara lain yang lebih tepat dan manusiawi?
Saya ingat sebuah sekolah (nggak usah disebutin namanya ye) yang di saat sekolah-sekolah lain masih menerapkan orientasi ala barbar, sekolah ini udah menerapkan MOS yang beda. Pembuatan makalah secara berkelompok, kuis pengasah otak, dan beberapa permainan mendidik menjadi alternatif untuk mengenal sekolah dan seniornya. Tak ada suara bentakan, hukuman fisik atau teriakan kasar senior ke yunior. Keren kan?
Cara di atas jauh lebih efektif dan sesuai dengan tujuan pendidikan daripada sebuah ajang kekerasan di dalam institusi sekolah maupun kampus. MOS dengan kekerasan hanya akan melestarikan budaya kekerasan dari generasi ke generasi. Sang yunior yang dibentak-bentak dan diberi hukuman fisik, pastilah menyimpan sebuah dendam di hati yang itu nantinya akan dilampiaskan ke yunior tahun berikutnya. Selalu seperti ini berulang terus tiap tahunnya. Masih ingat kan kasus IPDN? Lalu yang masih anget adalah kasus kekerasan di dalam kampus STIP (Sekolah Tinggi Ilmu Pelayaran).
Oya, alasan tentang perlunya kekerasan dalam MOS sebagai ajang perkenalan, nggak masuk akal. Dalih kedua adalah demi menegakkan disiplin. Apa iya disiplin bisa diterapkan dengan cacian dan makian? Naif banget alasan itu.
Mengapa ini terjadi?Budaya kekerasan dalam dunia pendidikan adalah hal yang aneh dan tak masuk akal bagi mereka yang masih berakal sehat. Lha wong pendidikan itu gunanya untuk mengubah perilaku dari yang semula tidak terdidik menjadi generasi yang terdidik. Pernah dengar istilah ‘kayak orang nggak berpendidikan aja’ bila ada seseorang atau oknum terdidik tapi melakukan tindakan-tindakan yang nggak semestinya? Itu artinya, tujuan pendidikan memang seharusnya melahirkan orang-orang dengan perilaku selayaknya orang terdidik. Nah, kalo ada orang-orang yang berpendidikan tinggi namun masih menerapkan sikap dan perilaku kayak orang nggak berpendidikan, siapa yang salah?
Coba kita telusuri satu per satu adanya kekerasan di dunia pendidikan. Nggak peduli level SMP, SMA, perguruan tinggi negeri maupun swasta bahkan sekolah tinggi milik negara, semua aktivitas yang terjadi di dalamnya termasuk kegiatan MOS pastilah atas sepengetahuan dan izin atasan. Bo’ong banget kalo ada pimpinan sekolah, kampus, atau institusi yang mengatakan nggak tahu adanya budaya kekerasan di dalam wilayah yang dipimpinnya. Toh nyatanya bila sang pemimpin tegas dengan ancaman pemberian sanksi bagi yang masih melanggar, maka angka kekerasan di dunia pendidikan bisa juga ditekan.
Masalahnya, nggak semua orang yang punya kedudukan sebagai pemimpin punya ketegasan sikap. Banyak dari mereka yang seolah-olah nggak peduli adanya penyimpangan dalam lembaga yang dipimpinnya. Ini semua hal yang lumrah banget terjadi akibat kebingungan pihak pemerintah sendiri dalam merumuskan tujuan pendidikan. Aduh, kacau banget kan? Ya, memang menyedihkan.
Solusinya, gimana dong?Maksud awal masa orientasi itu sesungguhnya positif yaitu untuk pengenalan lingkungan sekolah atau kampus kepada calon penghuni baru termasuk para senior. Masa orientasi ini jadi negatif ketika disalah-gunakan dengan kekerasan meski dalihnya demi kedisiplinan. Kedisiplinan nggak mungkin bisa ditegakkan dengan bentakan, cacian bahkan tonjokan. Bila pun ada yang terlihat disiplin akibat diterapkannya sistem ala preman ini, bisa dipastikan itu hanya semu belaka.
Saya dulu punya teman yang disiplin banget dengan diterapkannya MOS dengan bentakan, cacian dan hukuman fisik. Tapi apa yang terjadi ketika waktu sholat tiba? Ia santai aja tuh, nggak tergerak untuk segera ambil wudhu dan menunaikan sholat. Kalo benar kedisiplinan ada pada dirinya sebagaimana dia tunduk di depan senior, maka seharusnya ia lebih tunduk dong di hadapan Sang Mahakuasa (karena pasti di atas segalanya). See, ternyata kedisiplinan dengan kekerasan hanya menghasilkan hal yang palsu saja. Bahkan banyak terjadi, yunior bersikap sok menantang senior bila ia semakin ditekan untuk tunduk dengan kekerasan.
MOS yang santun bisa diterapkan kok di tengah budaya teriakan dan hukuman fisik. Saya dulu pernah mencobanya ketika SMA jadi senior, dengan menerapkan hukuman yang berbeda ketika ada yunior yang melanggar peraturan. Suruh aja tuh yunior menghapal ayat Qursy atau surat-surat pendek lainnya. Terus ajak dialog tentang motivasi dia melanggar dan apa penyebabnya. Dijamin deh, selain muka kakak senior nggak perlu harus kayak Nenek Lampir dan Si Gerandong karena teriak-teriak biar kelihatan sok jahat, sikap ini jauh lebih terlihat bijak dan manjur menekan angka pelanggaran. Dengan cara ini, saya dulu jadi spesialis menangani yunior-yunior bengal yang sulit diatur (ciee… kagak maksud nyombong lho…)
Intinya, para yunior itu adalah manusia yang punya akal dan hati. Sentuhlah kedua hal ini (akal dan perasaannya), maka sebengal apa pun karakter manusia, insya Allah bisa disembuhkan kok. Selain tidak menimbulkan dendam, cara elegan ini bisa membuat seseorang mendapat hidayah dengan semakin tebalnya iman dan keyakinannya terhadap keindahan Islam yang penuh dengan kelembutan.
“Sekolah/kampus saya bukan sekolah/kampus Islam”, mungkin di antara kamu ada yang berdalih. Harap tahu saja, saya pun tak pernah bersekolah atau masuk kampus Islam. Tapi bisa tuh cara di atas diterapkan. Buang pikiran kamu yang terkotak-kotak antara sekolah/kampus Islam dan umum. Pola pikir kayak gini khas banget milik para sekuleris alias mereka yang suka memisahkan agama dengan kehidupan. Padahal kalo Islam, nggak berlaku tuh yang namanya sekularisme. Munculnya carut-marut pendidikan termasuk penyelenggaraan MOS ini, yang pasti adalah karena dihilangkannya unsur keimanan dan ketakwaan dalam kurikulum. Ada sih, tapi secuil dan banyak guru yang nggak bisa cara ngajarinnya, karena antara ilmu dan amal nggak nyambung.
Sudah saatnya kita semua, tidak peduli sekolah/kampus Islam atau umum, balik ke sistem pendidikan Islam yang bertujuan menciptakan generasi berkepribadian Islam juga. Yang namanya kepribadian Islam, standarnya dalam berbuat pasti Islam juga dong. Jadi, nggak perlu tuh pemerintah teriak-teriak melarang perpeloncoan berkedok MOS. Sudah otomatis orang yang punya kepribadian Islam nggak akan melakukan sesuatu yang melanggar syariat Islam, termasuk penggunaan kekerasan dalam area pendidikan.
Jadi ternyata, Islam itu solutif banget yah. Bahkan dalam penyelenggaraan MOS pun, bila acuannya Islam maka tak perlu ada masalah kayak gini. Jadi udah saatnya deh negeri ini menoleh ke Islam bila menginginkan kehidupan generasi yang lebih baik. Supaya fenomena kekerasan ala IPDN, STIP atau genk motor dan Gank Nero bisa diberantas tuntas bila pihak yang berwenang menghendaki kebaikan bagi para siswanya.
Oya, buat kamu-kamu yang kebetulan jadi panitia MOS atau OSPEK, jangan takut untuk memberikan nafas segar bagi dunia pendidikan kita dimulai dari keberanian kamu menawarkan konsep Islam yang indah ini. Mau kan kamu jadi agent of change ini? Harus dong, karena imbalannya nggak main-main, yaitu berupa kemuliaan di dunia dan pahala di akhirat kelak. Asyik kan? [ria: riafariana@yahoo.com]
Langganan:
Postingan (Atom)